Dalam sejarah pergerakan kebangsaan
Indonesia, dikenal dua strategi politik organisasi kebangsaan dalam kaitannya
untuk mewujudkan Indonesia merdeka. Dua strategi tersebut yaitu non-kooperatif
(radikal) dan kooperatif (moderat). Radikal bisa diartikan sebagai satu
tindakan penentangan secara keras dan represif terhadap kebijakan pemerintah
kolonial serta tidak mau bekerja sama dengan pemerintah kolonial untuk mencapai
kemerdekaan, dalam hal ini kaum radikal berpendapat bahwa untuk mencapai
Indonesia merdeka haruslah dengan jerih payah anak bangsa sendiri dan bukan
atas adanya campur tangan dari bangsa asing (Belanda). Sedangkan moderat bisa
diartikan sebagai satu sikap lunak atas keberadaan pemerintah kolonial
(Belanda) di Indonesia. Kaum moderat berpandangan bahwa untuk mencapai
Indonesia merdeka tidak dapat lepas dari kerja sama dengan berbagai bangsa yang
ada di Indonesia saat itu, tidak terkecuali dengan pemerintah kolonial
(Belanda). Adanya dua strategi ini bukan semata-mata melambangkan dua kubu yang
berbeda pandangan dalam mensikapi keberadaan pemerintah kolonial, walaupun
berbeda prinsip namun dua kelompok ini sama dalam tujuan akhir, yaitu untuk
mewujudkan Indonesia merdeka.
Pada masa-masa awal kebangkitan
nasional, strategi radikal banyak dianut oleh organisasi-organisasi kebangsaan
Indonesia. Namun setelah tahun 1930 banyak organisasi yang semula bersifat
radikal menjadi lebih moderat. Hal ini terjadi bukan tanpa alasan yang jelas,
perubahan haluan ini dipengaruhi juga oleh perkembangan dinamika politik di
Indonesia pada tahun 1930-an.
Pada masa awal 1930-an pergerakan kebangsaan Indonesia mengalami
masa krisis. Keadaan yang seperti ini disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:
1. Adanya
krisis malaise tahun 1929/1930
2. Adanya
pembatasan hak untuk berserikat dan berkumpul yang diberlakukan oleh pemerintah
kolonial terhadap organisasi-organisasi kebangsaan
3. Adanya
hak istimewa seorang Gubernur Jenderal Hindia Belanda dalam mensikapi
keberadaan organisasi kebangsaan, dalam hal ini tanpa proses pengadilan seorang
Gubernur Jenderal dapat memutuskan
apakah satu organisasi kebangsaan tersebut bertentangan dengan hukum dan perundang-undangan atau tidak
4. Banyaknya
tokoh-tokoh pergerakan yang diasingkan
Ancaman
dan tekanan yang terus menerus diberikan pemerintah kolonial terhadap
organisasi-organisasi kebangsaan dan tokoh-tokoh pergerakan pada masa itu,
merupakan sebagian sebab mengapa pergerakan kebangsaan Indonesia pada
tahun1930-an tidak dapat bersifat demikian radikal, malah sebaliknya bersikap
lunak terhadap pemerintah kolonial. Pada tahun 1930-an pemerintah kolonial
Belanda telah mengefisienkan alat-alat represif dan preventifnya terhadap
pergerakan kebangsaan.
Pemerintah
kolonial tidak hendak mematikan pergerakan kebangsaan Indonesia. Pemerintah
kolonial mengetahui bahwa aspirasi rakyat yang tidak tersalurkan dapat
menimbulkan gerakan-gerakan eksplosif yang tidak diinginkan (gerakan
sosial). Pemerintah kolonial pada
dasarnya hanya hendak melemahkan aktivitas pergerakan kebangsaan, khususnya
pergerakan kebangsaan yang dinilai radikal-revolusioner. Yang diharapkan oleh
pemerintah kolonial adalah semacam nasionalisme yang lunak dan kompromis.
Atas
dasar itulah akhirnya banyak organisasi kebangsaan mengubah haluan dari
non-kooperasi menjadi kooperasi. Berkembangnya faham fasisme di Eropa serta
politik ekspansionisme yang tengah dilancarkan oleh pemerintah militer Jepang
sedikit banyak juga telah memberikan pengaruh terhadap pengubahan haluan
organisasi kebangsaan Indonesia. Baik di negeri Belanda maupun di Indonesia
kaum nasionali menyadari bahwa untuk menangkal fasisme tersebut tidak ada cara
lain kecuali memihak demokrasi. Sehingga dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa perkembangan politik dunia juga berpangaruh terhadap perkembangan
dinamika politik di Indonesia pada tahun 1930-an.
Dalam
kerangka politik kooperatif, arena politik memang sudah tertutup rapat bagi
aktivitas yang sifatnya aksi massa, tetapi ruang gerak masih leluasa untuk
membangkitkan kesadaran nasional serta gerakan-gerakan atau aksi-aksi yang
dapat mengkonsolidasi solidaritas dalam dan antar partai/organisasi kebangsaan.
Dalam
masa dari tahun 1935-1942, partai-partai politik Indonesia menjalankan
taktik-taktik parlementer yang moderat. Salah satu wujud pergerakan dengan cara
kooperatif (menggunakan taktik-taktik parlementer) yang dilakukan oleh
organisasi kebangsaan di Indonesia dilakukan melalui dewan rakyat (volksraad). Dengan demikian,
satu-satunya cara bagi gerakan nasionalis untuk melakukan perubahan ialah
dengan jalan mempengaruhi pemerintah kolonial secara langsung melalui dewan
perwakilan tersebut, dan tidak dengan mengatur dukungan massa. Beberapa bukti
dari pergerakan parlementar ini adalah :
1. Petisi
Soetardjo (15 Juli 1936)
Ialah
suatu permohonan supaya dilakukan suatu musyawarah antara wakil-wakil Indonesia
dan wakil-wakil dari negeri Belanda, yang anggotanya mempunyai hak-hak yang
sama. Tujuannya adalah memberikan kepada Indonesia suatu pemerintahan yang
berdiri sendiri. Pelaksanaannya akan dilakukan secara berangsur-angsur dalam
waktu sepuluh tahun.
2. Gabungan
Politik Indonesia (GAPI)
Dengan
bersembiyan pada “Indonesia Berparlemen”, pada tanggal 4 Juli 1939 GAPI
menyelenggarakan suatu konferensi kebangsaan. Tanggal 20 Mei 1939 GAPI
mengeluarkan manifest GAPI, yang mana isinya adalah ajakan untuk segenap rakyat
Indonesia dan negeri Belanda untuk bekerja sama melawan fasisme.
3. Mosi
Thamrin
Mosi
ini berisi suatu usulan dari Thamrin agar istilah-istilah asing yang ada di
Indonesia diganti dengan istilah-istilah yang lebih bersifat ke-Indonesia-an,
terutama dalam dokumen-dokumen pemerintah.
Dalam menanggapi berbagai bentuk
petisi dan mosi dari Volksraad ,
ternyata sikap pemerintah kolonial sangat mengecewakan. Akibatnya gerakan
nasionalis semakin menyadari bahwa tidak dapat lagi menaruh harapan kepada
pemerintah kolonial. Tanpa disadari sikap konservatif Belanda dengan politik
pembekuan perkembangan politik, semakin menumbuhkan kesadaran bangsa Indonesia
akan solidaritas nasional.
Daftar Referensi
1. Sejarah Indonesia Jilid VI
2. Sejarah Pergerakan Nasional Jilid 1 & 2
makasih referensinya. dikembangkan lagi gan
BalasHapusMantaps Broo Info nya.
BalasHapusGue demen bgt. Sukses ya Broo . . .