"Menulislah Jika Kau Tidak Ingin Terhapuskan Dalam Arus Sejarah Umat Manusia"

Minggu, 06 Mei 2012

Sekilas Tentang Dinamika Masa Revolusi Fisik

Indonesia sebagai satu kesatuan bangsa memiliki sejarah panjang yang terekam dalam memori kolektif masyarakatnya. Sejarah tersebut tidak hanya memuat satu peristiwa, namun lebih berupa rangkaian peristiwa yang menerangkan tentang nilai-nilai persatuan, kebangsaan, dan kepahlawanan dalam menegakkan berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dewasa ini banyak peristiwa sejarah di Indonesia yang dijadikan sorotan terkait dengan keunikan dari nilai-nilai yang terdapat dalam suatu peristiwa sejarah.  Terkait dengan hal tersebut, kurun waktu tahun 1945 hingga 1950 merupakan satu masa sejarah yang paling banyak mendapat sorotan oleh masyarakat Indonesia itu sendiri.
Selama kurun waktu 1945 sampai 1950, Indonesia menghadapi satu masa perjuangan untuk menegakkan berdirinya Republik yang kala itu masih berusia seumur jagung. Dalam kurun waktu tersebut, perjuangan untuk menegakkan Republik berlangsung melalui perjuangan fisik dan diplomasi. Pada kurun waktu1945-1949, istilah “revolusi fisik” dan “revolusi Indonesia” dipergunakan secara luas untuk menyebut perjuangan dan pergolakan yang berlangsung di seantero wilayah nusantara.
Mengenai jalannya revolusi di Indonesia, Ricklefs (1991:317) menyampaikan bahwa revolusi yang menjadi alat tercapainya kemerdekaan bukan hanya merupakan suatu  kisah sentral dalam sejarah Indonesia, melainkan suatu unsur yang kuat dalam persepsi bangsa Indonesia itu sendiri. Semua usaha yang tidak menentu untuk mencari identitasi-identitas baru dan untuk suatu tatanan sosial yang lebih adil tampaknya membuahkan hasil pada masa-masa sesudah Perang Dunia II.
Masa revolusi fisik dalam keyakinan banyak pihak dianggap sebagai suatu zaman yang merupakan kelanjutan dari masa lampau. Bagi para Pemimpin Revolusi Indonesia, revolusi bertujuan untuk melengkapi dan menyempurnakan proses penyatuan dan kebangkitan nasional yang telah dimulai empat dasawarsa sebelumnya (Ricklefs, 1991:318). Akan tetapi penyatuan nasional itu sendiri sebenarnya masih belum bisa tercapai selama masa revolusi fisik. Mengenai ketidaktercapaian persatuan nasional tersebut, Ricklefs (1991:319) mengemukakan bahwasanya sistem perhubungan yang buruk, perpecahan-perpecahan internal, lemahnya kepemimpinan pusat, dan perbedaan kesukuan mengandung arti bahwa sebenarnya revolusi tersebut merupakan satu kejadian yang terpotong-potong.
Perlu diingat bahwa selama masa revolusi, Indonesia menghadapi banyak ancaman yang bisa menyebabkan terjadinya disintegrasi bangsa. Ancaman-ancaman tersebut datang tidak hanya dari Belanda, namun juga berasal dari beberapa Masyarakat Indonesia yang tidak puas dengan kinerja pemerintah dalam menggerakkan revolusi. Berbagai ancaman tersebut dalam catatan sejarah mengakibatkan terjadinya ketidakstabilan kondisi politik, sosial, ekonomi, dan budaya.
Selama masa revolusi fisik (1945-1950) Indonesia berada dalam kondisi “darurat perang”. Kondisi-kondisi seperti inilah yang secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap perkembangan kehidupan sosial dan budaya masyarakat Indonesia selama masa revolusi fisik. Ketidakstabilan kehidupan sosial muncul di berbagai tempat diwilayah Indonesia. Ketidakstabilan tersebut muncul sebagai akibat atas shock culture yang dialami masyarakat Indonesia paska diproklamirkannya kemerdekaan.
Sebagaimana kita ketahui, pada masa kolonial status warga adalah warga terjajah dan harus tunduk pada politik diskriminasi rasial, ekonomi dan politik. Pola makan yang berubah, pola hidup yang berubah serta tekanan-tekanan sosial ekonomi yang menghimpit menyebabkan perubahan mendasar dalam aspek-aspek fisik maupun psikologi masyarakat. Dalam aspek fisik terlihat kemiskinan endemis yang makin meluas, kesehatan yang merosot serta angka kematian yang tinggi. Dalam apek nonfisik, terlihat kemiskinan mentalitas akibat rongrongan dan ketakutan yang tidak proporsional, kegelisahan komunal dan ketidaktentraman Kultural yang makin meningkat frekuensinya.

Referensi : M.C. Ricklefs (Sejarah Indonesia Modern)

1 komentar: