Bali
merupakan suatu wilayah di Indonesia yang memiliki keunikan dan ciri khas yang
sangat menonjol dan menjadi kebanggaan Indonesia. Karena keunikan dan
karakteristik yang dimilikinya sekarang, Bali tampil menjadi salah satu primadona
dalam industri pariwisata Indonesia. Salah satu dari pesona wisata yang
dikagumi oleh turis domestik maupun mancanegara ialah peninggalan sejarahnya,
diantaranya ialah Pura Puseh yang bertempat di Desa Batuan, Kecamatan Sukawati,
Kabupaten Gianyar, Bali.
Pura di Bali mempunyai kedudukan yang sangat
penting, karena digunakan sebagai tempat untuk beribadah oleh orang-orang Bali
yang sebagian besar memeluk agama Hindu. Setiap desa di Bali pasti mempunyai 3
buah pura, yaitu: pura dalem untuk dewi Durga, pura Desa untuk Dewa Brahma, dan
Pura Puseh untuk Dewa Wisnu. Pura dalam
Bahasa Sansekerta berarti benteng, dan juga berarti tempat untuk
berlindung dari bencana alam serta untuk
meminta do’a restu. Pura juga dapat diartikan sebagai kota atau ibu kota. Salah
satu Pura yang memiliki kedudukan penting bagi Masyarakat Bali adalah Pure
Puseh yang terletak di Desa Batuan.
Pura
Puseh merupakan salah satu tempat ibadah umat Hindu di Bali. Pura ini merupakan
pura tertua di Bali yang dibangun pada 944 Ḉaka atau 1022 Masehi. Pura Puseh
seperti pada pura-pura yang lain di Bali terdiri dari tiga bagian yaitu jabaan
(bagian luar), jaba tengah (bagian tengah) dan jeroan (bagian inti). Pura Puseh
juga menyimpan peninggalan-peninggalan jaman batu yang tersimpan dengan baik di
salah satu bagian Pura Puseh.
Pura
Puseh Desa Batuan secara administratif terletak di Dusun Tengah, Desa Batuan,
Kec. Sukawati, Kab. Gianyar, Bali. Secara astronomi pura ini terletak pada
koordinat 35’ 54” Lintang Selatan dan 15’ 40” Bujur Timur dengan ketinggian 80 meter
dari permukaan air laut. Pura ini terletak di sebelah barat kota Kabupaten
Gianyar dengan jarak kurang lebih 13 kilometer, sedangkan dari kota Denpasar
berjarak 16 kilometer.
Pura Puseh desa ini terletak di
bagian utara pemukiman penduduk atau di bagian hulu yang berbatasan yaitu:
bagian utara Sekolah Dasar No. 7, di sebelah timur pemukiman penduduk dan Pura
Lumbung, di sebelah selatan terdapat jalan raya yang menghubungkan Desa Batuan
dengan Desa Singapadu dan desa lainnya, sedangkan di sebelah selatan jalan raya
terdapat Bale Wantilan untuk kegiatan yang berkaitan dengan Pura Puseh Desa
Batuan. Disebelah barat pura terdapat sebuah bangunan yang dipergunakan untuk
melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan pura tersebut. tidak jauh dari lokasi
Pura Puseh kurang lebih 100 meter kearah barat terdapat Sungai Bakang yang
merupakan anak dari Sungai Oos, sedangkan di sebelah timur pura mengalir Sungai
Batuan anak dari Sungai Petani
Pura
puseh Desa Batuan ini telah mengalami beberapa kali pemugaran, pembaharuan, dan
perubahan mulai dari Abad X hingga Abad XIII – XVIII Masehi. Berdasarkan sejumlah arca yang ditemukan di Pura Puseh,
dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis yaitu: arca dwarapala, arca
perwujudan, arca binatang, arca memegang ayam ,lingga, dan benda seperti kala,
peripih dan lain sebagainya. Berdasarkan periodenya,
seni
arca di Bali dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a.
Seni
arca periode Hindu Bali (abad VII-X Masehi)
b.
Seni arca periode Bali Kuno / abad X –
XII Masehi
c.
Seni
arca periode Bali Madya (abad XIII-XIV Masehi)
Daftar
Referensi
Budee.
2010. “Agama dan budaya bali di
persimpangan jalan”. www.budee.blogspot.com: 20/06/2010
Geertz, Hildred. 2008. “The life of a Balinese temple”. www.hilo.blogspot.com : 15/06/2010
Sofia. 2008. “Masuknya Budaya Hindu Ke Bali”. www.Indo Forum.Com : 15/06/2010
Mantaps Broo Info nya.
BalasHapusGue demen bgt. Sukses ya Broo . . .